Ringkasan Khotbah

10
Mar 2024
1 Samuel 15:30-31
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.

Saya pernah diajak seorang teman untuk pergi ke bank. Dan ada hal menarik yang dapat kita amati di sana.Jika kita pergi ke bank, ada loket-loket untuk mengantri di mana banyak orang mengantri sesuai keperluan masing-masing. Lalu untuk menghindari antrian panjang biasanya disediakan loket khusus dalam ruangan yang lain untuk nasabah yang memiliki saldo mengendap di atas nominal tertentu.Biasanya dalam ruangan khusus ini disediakan makanan ringan dan minuman sederhana untuk nasabah bank tersebut.Nasabah jenis demikian mendapatkan perlakuan khusus, maksudnya menjadi nasabah yang diutamakan atau didahulukan daripada yang lain. Bahasa mudahnya adalah nasabah yang diutamakan/didahulukan atau nasabah yang mendapat pelayanan priority.Jika Anda naik kereta ada kursi priority yang disediakan untuk orang-orang tertentu. Ini sebagai sebuah bentuk penghormatan bagi mereka. Ini bagus.Demikian pula antri untuk check in di berbagai bandara, ada loket khusus untuk penumpang khusus/penumpang prioritas. Ini disediakan untuk penumpang yang membeli ticket pesawat terbang kelas tertentu atau memiliki keanggotaan maskapai tertentu dengan tingkatan tinggi. Kalau menjadi tokoh agama, apalagi menjadi pemimpin puncak/nomor 1 dalam sebuah organisasi, seringkali kita juga bisa mendapatkan banyak perlakuan istimewa, seperti dipersilakan duduk di tempat yang terhormat dalam berbagai acara, dipuji orang, didengarkan perkataannya, banyak menerima berkat dari orang-orang yang merasa berhutang budi, dilayani, dll.Ini tidak salah. Tetapi bisa menyebabkan seorang tokoh agama menjadi salah adalah jika hal-hal itu merusak kemurnian motivasinya.Itulah sebabnya ada orang-orang tertentu yang sangat menikmati situasi ketika mereka dipanggil dengan sebutan rohani seperti Pastor, Pendeta, Abuna, atau sebutan rohani apapun.Bahkan banyak orang suka menyebut atau menggelari dirinya sendiri dengan sebutan rasul, nabi, dll.Ada yang berkata bahwa manusia bisa jatuh karena: Harta, tahta danwanita.

Ingin menjadi penilik jemaat/pemimpin rohani dengan motivasi hati yang murni memang baik. Tetapi memang benar-benar harus menjaga hati tetap murni(1 Timotius 3:1).Bukankah mengejar jabatan/sebutan tertentu dalam dunia rohani yang didasari sikap hati yang salah adalah sebuah bentuk godaan mengejar“tahta”?Hati-hati, sesuatu yang tampak rohani ternyata bisa menyesatkan kita danmenjerumuskan kita dalam jalan hidup yang menyimpang dari kehendak Tuhan!Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata:Lukas 17:10.Ini soal mentalitas /sikap hati yang benar.Perilaku rohaniwan yang tidak boleh diikuti:Matius 23:5-12.Bahkan para murid Yesus tidak kebal dengan godaan ini, mereka pernah jatuh: Lukas 9:46-48.

Awalnya Saul merasa minder, tetapi diangkat oleh Tuhan. Diberi kesempatan menjadi raja Israel. Ketika salah dan ditegur tidak mau bertobat, selalu membela diri meskipun terang-terangan salah! Berkali-kali diberi kesempatan tetap tidak mau berubah.Mengapa demikian?Ia terlanjur menikmati posisinya sebagai orang yang terhormat! Ia terbiasa dipanggil dengan sebutan raja/yang mulia/yang pandai/yang bijaksana/yang terhormat atau sebutan apapun yang ia sukai, sehingga ketika kenyataan membuktikan ia salah ia tidak mau menerimanya.Yang ia pedulikan adalah“muka” nya di depan orang lain.Saul terbiasa menikmati perlakuan kelas priority! Sehingga ia mempertahankannya mati-matikan. Sehingga ketika Daud yang terbukti lebih baik dari dirinya diangkat oleh Tuhan untuk menggantikan dia, ia tetap menolak untuk menerimanya dan bahkan melawan dengan segenap kekuatannya.Apakah Anda senang mendapatkan perlakuan istimewa? Menyenangkan bukan?

Ada dua pertanyaan penting untuk kita renungkan bersama:

1. Apakah saya tetap rendah hati danmemiliki sikap hati melayani?Meskipun menerima perlakuan sebagai priority adalah hal yang baik danmenyenangkan kita perlu mengingat bahwa hal tersebut tidak bisa diterapkan dalam segala hal. Sebab jika semua orang ingin diutamakan maka dunia bisa menjadi kacau.Rumah tangga bisa menjadi kacau dan penuh pertengkaran jika suami dan isteri saling menuntut untuk diutamakan, dilayani atau menjadi priority.Organisasi juga bisa menjadi kacau jika semua pengurus dan anggota menuntut untuk diutamakan!Demikian juga masyarakat, negara, dan bahkan dunia.Itulah sebabnya banyak diajarkan di berbagai sekolah untuk mengutamakan kepentingan umum/kepentingan bersama melebihi kepentingan pribadi agar tidak terjadi kekacauan di dalam masyarakat dan organisasi apapun(Yakobus 4:1-3).Akar permasalahannya adalah keinginan yang tidak menjadi kenyataan atau hanya sekedar tertunda!

2. Apakah saya benar-benar siap dipimpin Roh Kudus?Saul tampak sujud menyembah Tuhan ketika Samuel tidak jadi pergi meninggalkannya.Tampak rohani di depan mata seluruh pemuka bangsa.Tetapi apakah itu benar-benar rohani? Ternyata di balik peristiwa Saul sujud menyembah Tuhan, hatinya tidak sungguh-sungguh menyembah(Amsal 14:12).Apakah para murid hanya sekali bertengkar soal siapakah yang terbesar di antara mereka? Apakah setelah pertengkaran yang sebelumnya dan diajar Tuhan maka mereka sudah benar-benar berubah? Ternyata belum. Mengubah kebiasaan memang sulit. Tadi kita membaca Lukas 9, sekarang kita baca Lukas 22: Lukas 22:24-27.Pertengkaran itu terjadi saat perjamuan malam sebelum Tuhan Yesus berdoa di taman Getsemani lalu menjalani proses penyaliban.Dengan sabar Tuhan Yesus mengajar mereka agar benar-benar siap dipimpin oleh Roh Kudus.Kelak ketika Ia bangkit dari kematian Ia terus mengajar mereka dengan penuh kasih dan kesabaran, memastikan mereka benar-benar siap dipimpin dan dipenuhi Roh Kudus untuk melakukan pemberitaan Injil ke seluruh dunia.Dan hasil dari hati yang benar-benar siap dipimpin Roh Kudus adalah kehidupan dan pencapaian yang sangat luar biasa!

Amin. Tuhan memberkati!

24
Mar 2024
Bp. Natanael Sugiarto
17
Mar 2024
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.
10
Mar 2024
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.
3
Mar 2024
Pdt. Imanuela Sri R.