Ringkasan Khotbah

11
Feb 2024
Amsal 4:18-19
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.

Kemarin orang-orang merayakan tahun baru menurut sistem penanggalan bulan sekaligus memasuki masa musim semi, di mana para petani mulai menanam padi dengan harapan panen akan melimpah.Biasanya orang-orang saling mengucapkan selamat tahun baru kepada kerabat dan para sahabat dengan ucapan “semoga setiap tahun selalu ada sisa/kelebihan”, artinya tidak berkekurangan atau selalu berkelimpahan.Ini adalah sebuah harapan yang sangat baik, sekaligus memberi dorongan semangat agar orang memulai musim menanam dengan kecerdikan, kerja keras dan semangat juang yang tinggi.Bukan hanya menabur tetapi menabur dengan bijaksana di tempat yang tepat.Bukan hanya merawat tetapi merawat dengan kecerdikan dan sabar.Hidup berkelimpahan dalam hal materi dapat dicapai bukan hanya dengan cara mengumpulkan pemasukan yang banyak, tetapi harus membuat perencanaan yang baik sehingga pengeluaran juga diatur dengan bijaksana.

Tidak ada orang yang tahu tantangan yang harus dihadapi agar dapat terus mengumpulkan dengan lancar sehingga selalu berkelimpahan. Itulah sebabnya orang perlu membuat perencanaan matang, penyelesaian masalah yang mungkin saja muncul dan manajemen yang baik sesuai aturan.Jalan hidup orang benar makin lama makin keren!Keren dalam arti makin baik dan berdampak positif untuk membangun hidup banyak orang.Sebaliknya jalan hidup orang fasik (tahu kebenaran tetapi tetap memilih yang salah) menjadi semakin gelap hingga ia bingung dengan dirinya sendiri.

Bagaimana mewujudkan kehidupan yang makin lama makin keren?

1. Melatih mental mau belajar dan berubah. Orang benar bukan berarti dari awal langsung selalu benar dan tidak pernah salah. Mereka juga manusia biasa yang memerlukan proses pembelajaran untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.Yang jelas adalah hidup mereka kian bertambah terang!Ini berbicara soal mental! Lihatlah para pahlawan iman di Alkitab. Perhatikan kelemahan manusiawi mereka, titik balik pertobatan dan pertumbuhan karakter mereka.Abraham dan Sara: Kejadian 17:5.Yakub:Kejadian 35:10. Paulus: Filipi 3:7-8. Namun tidak semua orang mau belajar, mau menerima koreksi dan mau berubah. Contoh kasus 1: Saat menghadapi koreksi/nasihat ada beberapa jenis jurus yang umumnya ditampilkan oleh orang-orang untuk melawan keadaan tersebut:Lari dari kenyataan/menolak mengakui kesalahan. Menyalahkan situasi dan orang lain. Menyerang kembali dengan keras. Memposisikan diri sebagai korban. Mengasihani diri sendiri terus-menerus. Mengabaikan masalah. dll. Kadang orang merasa telah melakukan segala prosedur dan tugas yang baik, tetapi ia tidak sadar bahwa ada 1 hal kecil yang terlupakan yang bisa membatalkan semuanya itu. Contoh kasus 2: Menghadapi persaingan oleh lawan yang memiliki kelebihan. Ada orang yang reaksinya: Marah karena tetangga buka toko dengan jenis produk yang sama. Menyerang kelemahan lawan tersebut. Menjelekkan lawan untuk dapat tampil sedikit lebih baik. Mengasihani diri sendiri dan terus memaklumi kekurangan. Dll. Reaksi semacam itu menghalangi orang untuk berubah dan mengalami kemajuan. Jangan takut dengan persaingan, ini membuat kita menjadi lebih baik! Fokus mempertahankan kelebihan lalu memperbaiki kekurangan. Jadi yang terbaik! Belajar apa yang baik yang dilakukan orang lain, lalu lakukan yang lebih baik lagi.Lebih baik dan lebih baik lagi.

2. Membangun diri terus-menerus dalam bimbingan Firman Tuhan. Proses menjadi tua berlangsung secara otomatis, tetapi menjadi dewasa rohani atau menjadi sempurna adalah tanggung jawab yang harus diperjuangkan. Di dalam tanggung jawab, Allah memberikan manusia kemampuan untuk membangun dirinya. Yang dimaksud dengan “diri” bukan hanya fisik, melainkanmoral, karakter, yaitu kualitas batin. Manusia dirancang Allah bukan membangun dirinya di atas dasar apa yang baik dan jahat menurut pemikirannya, tetapi harus dibangun di atas dasar apa yang diinginkan atau dikehendaki oleh Allah. Sebab, kehendak Allah tidak relatif, melainkan mutlak. Maka, umat pilihan harus mengertipanggilannya untuk membangun dirinya dengan pola yang Allah kehendaki. Jadi, menjadi Kristen berarti menjadi murid, menjadi anak yang mau dididik. Pada dasarnya, tujuan membangun diri itu adalah membuat diri kita ini mampu membuat, menciptakan, memproduksi, membuahkan keinginan atau kehendak yang selalu sesuai dengan kehendak Allah. Allah memiliki pikiran dan perasaan,pasti juga membuahkan kehendak; demikian juga kita. Allah, melalui Roh Kudus, menuntun umat pilihan untuk mampu mencapai target ini (Filipi 3:13-14). Intensitas membangun diri harus semakin kuat! Yakobus 1:4. Amin. Tuhan memberkati!

24
Mar 2024
Bp. Natanael Sugiarto
17
Mar 2024
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.
10
Mar 2024
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.
3
Mar 2024
Pdt. Imanuela Sri R.