Ringkasan Khotbah

16
Apr 2023
Matius 5:48
Bp. Bambang Sulistyo

Apakah Anda maih ingat dengan realita dan realitas? Realita adalah fakta yang sebenarnya dan apa adanya, sedangkan realitas adalah fakta yang diciptakan dalam pikiran. Manakah yang mempengaruhi keputusan kita? Realita atau realitas? Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih sering terpengaruh oleh realitas, yaitu apa yang kita buat sendiri dalam pikiran kita daripada fakta yang sesungguhnya. Jadi sangat penting kita membangun sebuah paradigma berpikir, realitas, dari sebuah realita yang kita lihat. Contoh: Ketika kita membaca kisah Daud di Alkitab, kita mungkin akan menyayangkan tindakan-tindakan Daud yang jatuh dalam dosa, namun kita bisa memakluminya dan tidak merasa benci pada Daud. Tapi bagaimana kalau kita hidup sebagai tetangga Daud pada saat itu dan mendengar/melihat kejadian itu, bagaimana respon kita? Apakah kita masih hormat kepada Daud atau marah dan membencinya? Kita membangun realitas yang mana?

Realitas itu kita ciptakan dalam alam pikiran kita dan akan mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Dalam Matius 5:48, kita melihat bahwa ukuran umat Tuhan untuk menjadi sempurna adalah Bapa yaitu Allah yang sempurna. Allah ingin agar kita menjadi serupa dengan Kristus. Pikiran dan perasaan manusia menjadi rusak sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, hanya tubuh manusia saja yang tidak rusak, karena itu manusia perlu dibaharui dalam pikiran dan perasaan-Nya. Manusia harus menjadi kebal dalam artian tidak loyo untuk menjadi sempurna serupa Kristus. Tujuan kitab Matius: untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yesus adalah ukuran kesempurnaan, sedangkan manusia diperintah untuk mengalami proses menuju sempurna. Contoh proses: mengampuni, mengasihi, memberi, menerima kelemahan orang lain, dll. Kita harus meneladani Yesus: Filipi 2:5-8.

Realitas manusia untuk menjadi sempurna ada macam-macam jalannya, tapi sesungguhnya apa yang Yesus inginkan buat kita agar kita menjadi sempurna sebagai proses kehidupan seperti yang diinginkan Alalh tadi? Matius 5:2-12. Yesus mengajarkan di bukit itu bahwa semua orang yang hadir disuruh untuk berbahagia (makarios: kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi). Kebahagiaan yang lahir dari hati, bagaimana caranya? Kalau miskin – berbahagia, kalau berdukacita – berbahagia, dll.

Cara kebal berikutnya: Matius 5:13-47. Firman Allah berkata: berbuat baik maka Bapa dipermuliakan, melakukan hukum Allah maka upah besar di Surga, jangan marah dan berdamai supaya tidak dihukum, jangan berzinah dan kuasai diri, jangan bersumpah, jangan membalas, dan kasihilah semua orang sama seperti Tuhan mengasihi semua orang.

Amin. Tuhan memberkati!

17
Sep 2023
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.
10
Sep 2023
Bp. Natanael Sugiarto
3
Sep 2023
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.