Ringkasan Khotbah

12
Mar 2023
Kejadian 2:25, 3:7
Bp. Bambang Sulistyo

Pada waktu manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, maka manusia diciptakan sempurna, termasuk dengan pikiran yang murni dan tidak berpikir macam-macam meskipun keduanya telanjang (Kejadian 2:25). Saat dosa masuk ke dalam hidup Adam dan Hawa, maka rusaklah pikiran mereka dan mereka menjadi malu (Kejadian 3:7). Jika manusia ingin berpikir benar sesuai standar Allah, maka harus dimulai dengan percaya pada Yesus terlebih dahulu (Roma 12:1-2). Melalui lahir baru maka kita bisa mempersembahkan seluruh hidup kita dengan benar sesuai standar Allah.

Pikiran begitu penting untuk dijaga. Maka pikiran kita harus waspada terhadap 2 musuh dalam kekristenan: A. Iblis dan jajarannya (Efesus 6:12). B. Paham dan ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Allah (1 Timotius 2:7). Pola pikir menjadi serangan dari paham-paham yang menyesatkan.

Dua paham yang harus diwaspadai:

1.    Rasionalisme – aku berpikir maka aku ada. Paham ini tidak percaya pada adanya satu kebenaran yang mutlak. Paham ini menganut bahwa kebenaran ada di pikiran tiap-tiap orang.

2.    Postmodern – benar menurutmu, tidak menurutku.

Yang mencetuskan paham rasionalisme dan postmodern adalah hamba-hamba Tuhan yang mengalami kekecewan pada Tuhan sehingga mereka putar balikkan firman yang mereka tahu dengan kebenaran subjektif yaitu akal manusia. Contoh: Hari Minggu ibadah ke gereja vs pikiran: orang yang rohani bukan yang masuk gereja tapi yang hidupnya baik (benar menurutmu, tidak menurutku), dll.

Apakah Allah memiliki kebenaran? Orang yang lahir baru mengetahui dengan jelas bahwa kebenaran yang mutlak adalah di Firman Allah. Kebenaran bukan diputuskan oleh pikiran kita ataupun menurut kita sendiri, tetapi kebenaran yang sejati berasal dari Alkitab.

Kebenaran mutlak yang harus kita lakukan sekalipun paham rasionalisme dan post modern menyerang kita agar kita tidak melakukannya: Menegur. Dalam 1 Korintus 13:13; Amsal 27:5 - Kasih itu paling besar, tapi percuma kalau disembunyikan. Jika kita melihat orang yang melakukan kesalahan, menegur itu lebih baik dari kasih. Orang benar harus berani menegur. Menegur itu adalah Firman Allah yang harus dilakukan (2 Timotius 4:1). Menegur disertai dengan menasihati. Menegur adalah menyatakan kesalahan sedangkan menasihati adalah mendampingi untuk berubah jadi lebih baik.

Amin. Tuhan memberkati!

28
Mei 2023
Bp. Samiton Pangellah
21
Mei 2023
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.
14
Mei 2023
Bp. Natanael Sugiarto
7
Mei 2023
Ps. Dr. dr. Liem Pik Jiang, M. Th.