Ringkasan Khotbah
Perasaan bisa membuat hidup kita menjadi lebih indah dan bahagia, tetapi sebaliknya perasaan juga bisa membuat hidup kita menjadi kacau balau. Kita perlu sungguh-sungguh serius memperhatikan perasaan kita, sebab perasaan yang tidak dikendalikan dapat sangat menghancurkan. Suatu kali perasaan membuat kita berpikir bahwa Tuhan sangat mengasihi kita, dan berkat-Nya melimpah dalam hidup kita. Tetapi kadang perasaan dapat membuat kita meragukan kasih dan kebaikan Tuhan. Perasaan dapat menuntun kita kepada kebenaran, tetapi perasaan juga dapat menyesatkan kita. Perasaan dapat menuntun kita membuat keputusan yang benar, tetapi sekaligus juga dapat menuntun kita membuat keputusan yang salah.
Ketika Kain membiarkan dirinya diperbudak oleh perasaan maka ia melakukan banyak hal yang jahat dan berdosa. Ia merasa tidak perlu memberi yang terbaik kepada Tuhan, tetapi sekedarnya saja. Berbeda dengan Habel yang merasa bahwa ia harus memberi yang terbaik kepada Tuhan sebagai bentuk rasa hormat yang mendalam serta pengabdian. Ketika persembahan Kain ditolak dan persembahan Habel diterima, ia tidak terima dan bahkan marah. Perasaan tidak terima dan marah dalam hati membuat Kain kehilangan akal sehat. Ia melupakan semua kebaikan dan kasih Tuhan. Ia lupa siapa dirinya dan Siapa Tuhan. Ketika Tuhan memberinya teguran dan nasihat, ia meremehkan semua itu. Ketika Tuhan memberinya kesempatan bertobat, ia malah terus memberontak dan melawan Tuhan. Ketika ia terus membiarkan dirinya dikuasai perasaan maka hidupnya hancur. Hawa juga sesaat dikuasai perasaan ketika ia jatuh dalam dosa, tetapi akhirnya ia bertobat. tetapi sayangnya Kain memilih untuk terus diperbudak perasaannya dan terus berjalan menuju kehancuran (Kejadian 3:6).
Kita tidak sepenuhnya dapat mengontrol perasaan apa yang mungkin datang dan pergi dalam diri kita, tetapi dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat mengontrol apakah kita mengizinkan perasaan tersebut mengendalikan kita atau tidak. Contoh kasus menjadi budak perasaan:
Budak cinta: Simson - Ingin dicintai sampai kehilangan logika dan penguasaan diri? Hakim-hakim 16:15-17. Ahab dan Izebel (1 Raja-raja 21:25). Pernikahan bukan sekedar karena perasaan, tetapi didasari oleh penundukan diri pada Firman. Memulai dan menjalani pernikahan tidak boleh hanya didasari perasaan saja. Pernikahan perlu memiliki value hidup yang sama, yaitu value/nilai kebenaran Firman Tuhan. Perkawinan campuran antara keturunan Set dan Kain (Kejadian 6:2). Akibat dari percampuran antara garis kudus dan berdosa adalah rusaknya hampir seluruh manusia di zaman Nuh dan pemusnahan bumi dengan air bah. Salomo membiarkan diri diperbudak romantisme dan nafsu (1 Raja-raja 11:1-2). Karena perasaan yang tidak dikendalikan maka sering terjadi kasus-kasus cinta terlarang.
Budak ambisi untuk berkuasa: Saul inginmembangun kerajaan pribadinya di mana ia dan keturunannya terus berkuasa, ketika pewarisnya menolak rencana itu ia malah ingin membunuhnya (1 Samuel 20:33).
Budak amarah dan dendam: Haman (Ester 3:5-6).
Ada sangat banyak contoh lain ketika manusia menjadi budak perasaan lengkap dengan segala akibatnya yang dapat Anda lihat di sekitar kita maupun di dalam media massa. Apakah kita akan membiarkan diri diperbudak perasaan jika mengerti akibatnya sangat mengerikan? Bagaimana mengendalikan perasaan?
1. Memahami dan mempercayai Firman Tuhan. Ingatlah perbedaan antara iman dan optimisme. Iman = Mempercayai Firman Tuhan. Jadi dasarnya adalah janji/ucapan Tuhan. Optimisme = Mempercayai yang diinginkan/dipercayakan akan terjadi. Dasarnya apa? Masalahnya kadang orang percaya keliru membedakan antara iman dan optimisme. Bisa karena menjadi korban dari pengajaran yang tidak benar, bisa juga karena salah pengertian sendiri (Roma 1:16-17). Ayat itu mengatakan bahwa Rasul Paulus memiliki keyakinan yang tidak bisa digoyahkan dalam kegigihannya memberitakan karya penebusan Kristus kepada semua orang. Mengapa ia memiliki keyakinan demikian? Alasannya karena ia memahami Alkitab yang mengatakan bahwa keselamatan semua manusia terjadi karena penebusan Kristus. Ia mengutip nabi Habakuk yang mengatakan bahwa orang yang benar akan hidup sesuai Firman Tuhan yang ia terus percayai. Jadi, pahamilah Firman Tuhan dengan benar, percayai dengan sungguh-sungguh, dan buktikan itu dengan keputusan yang engkau ambil dalam keseharian.
2. Berlatih untuk menguasai perasaan. Ingat bahwa manusia diciptakan berbeda dengan binatang. Jika binatang hanya bertindak karena perasaan atau naluri, maka manusia tidak boleh demikian. Apakah kita hidup berbeda dengan binatang jika kita membiarkan diri dikendalikan oleh perasaan/naluri? Anda tidak bisa piawai berenang hanya dengan mempelajari buku tentang bagaimana berenang. Anda harus berlatih di kolam bersama dengan pelatih sesering mungkin. Contoh: Penting untuk menyadari bahwa, tidak peduli bagaimana perasaan kita, kita selalu berlatih untuk mempersembahkan pujian kepada Tuhan. Saat kita merasa Dia tidak ada/tidak peduli karena keinginan belum dikabulkan, juga bahkan ketika kita sedang tidak ingin berdoa. Jika kita hanya percaya kepada-Nya dan memuji Tuhan ketika hidup terasa menyenangkan maka itu bukanlah beriman bahwa Ia Maha baik dan bijaksana. Ketika dalam keadaan berat tetapi masih menjaga iman dan percaya bahwa Tuhan dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya selalu mengasihi maka ini disebut sebagai korban pujian. Jangan menilai kebenaran hanya berdasarkan perasaan. Ini disebut sebagai subjektivitas. Adilkah menilai seseorang atau sesuatu berdasarkan perasaan? Mazmur 43:5. Jangan memberi makan perasaan kita dengan hal-hal yang salah. Siapa dan apa yang sering kita dengarkan? Practice makes perfect.
3. Bergantung pada pertolongan Tuhan (Galatia 5:22-23). Membuka hati untuk mengizinkan Roh Kudus berkarya. Jangan mengandalkan kemampuan sendiri. Sadari bahwa kita lemah dan memerlukan pertolongan Tuhan.
Amin. Tuhan memberkati!
FOLLOW US ON